Minggu, 07 Agustus 2016

Bilal (Bagian 1)

Baiklah, sebelum kita jauh memutar waktu  kembali ke 14 abad silam

Terimakasih untuk K Eka dan K Piet yang telah mendorong (dibaca: memaksa) untuk membaca kisah seorang tokoh luar biasa dunia hingga akhirat!
Honestly, meski awalnya terasa berat tapi setelah jauh berkelana dalam kisahnya, aku terkesima level up dengan pemilik hentakan terompah di surga ini.


Sarat hikmah yang bisa kita ambil dari kisah Bilal Bin Rabah (Semoga Allah Ridho kepadanya)

First of all, Indahnya agama Islam, ANTI-RASISME.
Sejak beribu tahun silam Islam menyerukan persamaan derajat manusia tak peduli status sosialnya, suku, bangsa, pun warna kulitnya.. putih,hitam, coklat, kuning, kelabu asap doesn’t matterlah!
Dan dari sini kita sudah bisa menampik segala tudingan mengenai rasisme dalam Islam.

Bilal bin Rabah,  kisah hidupnya abadi hingga kini.  Seorang hamba sahaya berasal dari kalangan tertindas dimasanya, ibunya Hamamah merupakan seorang budak wanita yang tinggal di Mekkah, maka Bilal pun dibesarkan di Mekkah sebagai seorang budak. Setelah ayahnya meninggal Bilal di warisi kepada Umayyah Bin Khallaf, tokoh penting kaum Quraisy. 
Cukup memilukan memang, tapi siapa sangka seorang budak yang di pandang sebelah mata ini kelak menjadi  muadzin pertama dalam  Islam.

Kita tidak bisa memilih, seperti apa orang tua kita, bagaimana kondisi kehidupan kita
Tapi kita bisa memilih  bagaimana menjalani hidup ini

hmm. . .

Second of all,  THE POWER OF IMAN!
Yang udah pernah nonton The Message pasti bisa membayangkan betapa ngerinya siksaan yang mendera Bilal bin Rabah dan juga beberapa sahabat dan sahabiyah lainnya, yang belum nonton ayo di tonton filmnya. Bilal termasuk dalam golongan orang-orang yang pertama memeluk Islam dan orang-orang yang pertama memeluk Islam ini merasakan siksaan yang amat sangat. . .!! Terlebih lagi kalangan hamba sahaya, tak ada pembela.
Ditengah teriknya matahari dan panasnya padang pasir yang menyengat, pakaian mereka dibuka dan dipakaikan baju besi mereka di jemur, dicambuk, di caci maki dll.

Dan ini sedikit lebih detail yang terjadi pada Bilal bin Rabah
Masih ingat Umayyah bin Khallaf?
Ok , tokoh penting kaum Quraisy sekaligus pemilik Bilal bin Rabah.
Dia bersama algojonya paling banyak menyiksa Bilal.
Mereka menghantam punggung telanjang Bilal dengan cambuk, namun Bilal hanya berkata, “Ahad, Ahad … (Allah Maha Esa).”
Mereka menindih dada telanjang Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun hanya berkata, “Ahad, Ahad ….“ Mereka semakin meningkatkan penyiksaannya, namun Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad….”

Mereka memaksa Bilal agar memuji Latta dan ‘Uzza, tapi Bilal justru memuji nama Allah dan Rasul-Nya. Mereka terus memaksanya, “Ikutilah yang kami katakan!”

Bilal menjawab, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.” Jawaban ini membuat siksaan mereka semakin hebat dan keras.

Apabila merasa lelah dan bosan menyiksa,  leher Bilal diikat dengan tali yang kasar lalu diserahkannya kepada sejumlah orang tak berbudi dan anak-anak agar menariknya di jalanan dan menyeretnya.
Bilal terus saja mengumandangkan pernyataan agungnya, Ia terus mengulang-ulangnya tanpa merasa bosan dan lelah
“Ahad…, Ahad…, Ahad…, Ahad….” .
Dari manakah datangnya keistiqomahan sedahsyat itu kalau bukan dari dahsyatnya kekuatan dan keteguhan iman yang dimilikinya.


Allahu Akbar!
Lanjut  Bagian 2. . . .

3 komentar: